Perjalanan ke barat #8 - Menuju Pedalaman Baduy
16.56
Hari sudah siang, namun awan mendung masih menutupi langit. Saat ini saya ada di Pelabuhan Merak, Setelah hampir 3 jam lalu mengarungi selat sunda dari bakauheni menuju pelabuhan merak. Hari ini saya berencana untuk melanjutkan perjalanan menuju wilayah pedalaman banten selatan, yaitu baduy. Suku baduy merupakan wilayah yang terletak di desa kanekes kecamatan leuwidamar kabupaten lebak Banten. ini adalah pertama kalinya saya hendak ke baduy. Nama baduy sendiri sudah saya dengar ketika masa kecil dulu. Ketika itu yang terbayang adalah keterbelakangan peradaban dan prilaku manusia primitif. Berangkat dari berbagai hal tersebut, rasa penasaran terhadap suku baduy selalu membayangi saya. Bahwa kelak saya haru melihat sendiri seperti apakah baduy?.
Pelabuhan Merak dilihat dari atas kapal |
Sambil menunggu Bus datang, saya sempatkan untuk mencari makan siang di sekitar Pelabuhan Merak, sekitar setengah jam berlalu, barulah Bus yang saya tunggu akhirnya tiba. Merak - serang. Saya sebenarnya berat hati untuk naik Bus, ongkos yangh harus saya keluarkan dari Merak sampai Rangkasbitung jika menggunakan Bus sekitar 60 ribu rupiah. Jauh dibandingkan dengan harga tiket kereta yang hanya 10 ribu rupiah.
Setelah transit beberapa kali di beberapa terminal: Merak-Serang-Pandeglang. Akhirnya saya tiba di pandeglang di terminal kadubanen. Setelah beberapa saat istirahat di sebuah warung samping terminal, saya baru eungeeh, ternyata uang saya sudah habis dan tidak tersisa sepeserpun. Ternyata uang saya habis semua untuk membayar Bus dari Merak-Serang-pandeglang. Ternyata jauh panggang dari api. Sementara baduy masih berjarak kira-kira 60km dari terminal kadubanen.
Saya melanjutkan perjalanan, sambil sesekali mencoba mencari tumpangan gratis (hitchhiking) kepada kendaraan yang lewat, terutama bak terbuka. Bahkan tak jarang saya juga mencari tumpangan terhadap mobil pribadi. Setelah hampir satu jam berjalan kaki dari terminal kadubanen, salah satu mobil colt diesel bak terbuka berhenti dan saya ikut disana.
Saya menyandarkan badan ke bagian kepala kendaraan, sejenak saya mengingat-ingat perjalanan empat hari kebelakang. Perjalanan yang sebenarnya tidak saya duga sebelumnya akan terlaksana. Setelah selesai menyelenggarakan kegiatan di organisasi Serikat Petani Karawang - SEPETAK dimana saya menjadi unsur pimpinana disana. Seminggu kemudian saya sudah terdampar disini, diatas mobil colt diesel yang entah akan membawa saya kemana. Tiba-tiba GPS saya berbunyi, karena kendaraan yang saya tumpangi masuk ke arah yang berlawanan dengan tujuan saya. Segera saya berhentikan dan meminta turun disebuah perempatan yang menuju leuwi damar.
hari sudah senja, matahari terbenam di sebelah barat. Saya masih termangu di perempatan jalan, menunggu tumpangan menuju arah baduy. beberapa tukang ojek mencoba menawarkan jasanya, namun saya tolak dengan halus, karena memang saya sudah tidak punya uang sepeserpun. Menjelang isya sebuah mobil truck akhirnya berhenti, setelah berpamitan kepada para tukang ojek yang sedari tadi menemani saya ngobrol, sayapun kembali naik ke atas mobil truck untuk melanjutkan perjalanan.
Sampai disebuah desa, dipertengahan antara rangkasbitung dan Kanekes, mobil yang membawa saya kembali berhenti. Tepatnya disebuah SawMill yang berlokasi dipinggar jalan. Setelah mengucapkan terimakasih kepada sopir truck yang membawa saya, saya lanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Setelah hampir 2 km berjalan kaki, saya berhenti disebuah warung yang berlokasi dipinggir jalan. Sambil istirahat saya mencoba membuka percakapan dengan pemilik warung yang kebetulan seorang perempuan cantik, dia cukup asyik untuk diajak ngobrol. Bahkan menyuguhkan beberapa makanan ringan dan minuman dingin kepada saya. Wati, dia menyebutkan namanya. Tipikal gadis desa yang menurut saya sangat menawan, eksotis. Seperti halnya anggrek hutan yang hanya bisa kita temukan di tebing gunung dan semak belukar. Seperti itulah Wati, yang hanya bisa kita temukan di pedalaman pedesaan.
Dengan anggunnya, wati memberhentikan sebuah truck yang melintas ketika itu. setelah berhenti, dia meminta izin kepada sopir truck supaya berkenan membawa saya ketempat tujuan, simpang Ciboleger. Setelah mengucapkan terimakasih kepada wati, saya kembali naik ke Truck yang kebetulan satu arah menuju simpang ciboleger. Truck melaju dengan ganasnya, saya sempat beberapakali terperantuk bak mobil. sebelum akhirnya saya menemukan posisi yang tepat untuk bersandar di bak truck. Sekitar setengah jam berlalu, akhirnya saya sampai di simpang ciboleger.
Saya disimpang ciboleger |
Simpang ciboleger ini terletak 8 km dari kampung ciboleger, kampung ciboleger merupakan wilayah terluar dari baduy. Bisa dikatakan Ciboleger merupakan pintu gerbang ke wilayah suku baduy. Setelah turun dari truck saya lantas duduk di tugu cimpang tersebut. Tak lama kemudian seorang pemuda yang ternyata adalah tukang ojek menawarkan jasanya untuk mengantar saya menuju ciboleger. Sayapun menyampaikan bahwa saya sudah tidak mempunyai sepeser uangpun, walau demikian si amang ojek yang bernama kang Enung ini tetap tidak percaya. saya menghabiskan waktu sekitar satu jam di simpang Ciboleger, setelah ngobrol dengan kang Enung dan beberapa orang warga lainnya. Mereka memberitahu bahwa ada jalur lain selain ciboleger untuk menuju ara baduy, yaitu Cijahe. Secara jarak, cijahe lebih jauh dari Ciboleger. Namun jalan menuju cijahe sudah diaspal dan dari cijahe ke baduy dalam hanya sekitar satu kilometer. Atas berbagai pertimbangan akhirnya saya akan mengambil jalur Cijahe dan memutuskan malam ini menginap di simpang cibologer. Setelah izin kepada ketua RT disana, sayapun istirahat disebuah pos ronda. Sambil memejamkan mata, batin saya berkata "Sebentar lagi saya tiba di baduy".
Bersambung...
0 komentar